Senin, Agustus 31, 2009

Suratku..


Assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh!

Sebelumnya aku ucapkan terima kasih banyak atas waktu dan
perkenannya untuk membaca tulisan ini. Semoga kau selalu dalam keadaan
sehat dan berada dalam lindungan-Nya. Amin.

Sebagai renungan, mengutip dari apa yang pernah kau tulis sendiri untukku beberapa waktu lalu:

”Bahwa perpisahan ini bukan hanya keputusan terbaik buat mu, tapi buat ku juga”

“Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan.
Akan tetapi, seringkali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang
tertutup itu sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan untuk
kita”.

Harapan-harapan masa laluku kepadamu dan janji-janji kita dulu untuk
mencapai pernikahan, ternyata hanyalah sebatas impian. Allah Maha
Mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya. Biarlah itu semua menjadi
kenangan dalam hidupku.

Sejujurnya aku akui, begitu banyak kenanganku bersamamu. File-file dan foto-fotomu di notebook dan HP-ku.

Satu minggu sejak pengakuanmu yang menyatakan bahwa kau mencintai
laki-laki lain. Sejak itu pula, aku merasa kehilangan kendali. Aku
terpuruk sekali. Tidak pernah terbayangkan kata-kata itu terucap dari
orang yang sangat aku cintai dan sangat aku percayai. Tidak mungkin!
Tapi itulah kenyataannya.

“Pergiliran roda kehidupan kadang tidak bisa ditolak. Hadapi kenyataan dan berserah diri kepada-Nya adalah jalan terbaik.”

Aku coba merenungi apa yang pernah dikatakan oleh orang tua & sahabat2 ku. Memang tidak gampang menerima kenyataan. Tapi kalau aku
pikirkan dengan lebih mendalam, diterima atau tidak suatu kejadian
buruk, ia sudah terjadi dan kita tidak bisa memutar ulang waktu.
Apalagi yang bisa kita lakukan selain mengembalikan semua kejadian
kepada Sang Penguasa setiap kejadian itu sendiri? Lalui saja dengan
ikhlas. Betapapun beratnya penderitaan dan peliknya sebuah persoalan,
pasti ia akan berujung. Dan hal itulah yang coba aku lakukan saat ini.

Dan seiring berjalannya waktu, cobaan dan ujian hati yang aku alami,
perjalanan
ibadah haji, hikmah-hikmah yang indah, dan pengalaman yang
kudapat semakin membuat hatiku lebih mengerti akan arti kehidupan ini.

Bersikap ikhlas dan sabar akan membuat segala kekurangan tidak akan
menyesakkan dada lagi. Masa lalu kita adalah sejarah yang tidak bisa
kita ubah. Tetapi, jangan sampai kita terkukung oleh masa lalu kita
hingga merasa tidak mungkin berubah.

Apa yang aku alami di masa lalu adalah satu tamparan pedih. Namun,
sesungguhnya di balik itu semua sangat berarti untuk jiwa ini.
Disadarkan akan arti cinta sejati. Cinta sebelum menikah adalah cinta
semu yang tidak perlu disakralkan dan diagung-agungkan!

Innaa lillahi wa innaa ilayhi rooji’uun. Alhamdulillah, Dia masih memberikan hidayah-Nya dengan cara seperti ini.

Insya Allah, aku akan segera meyempurnakan separuh agama.
Seorang muslimah yang akan aku cintai sepenuh hati. Seorang
yang mencurahkan ketulusan kasih sayangnya, mau menerima diriku
seutuhnya, dan siap hidup berjuang bersama dijalan-Nya dalam suka dan
duka.

Aku tidak tahu siapa dia. Jika waktunya telah tiba nanti, semuanya
akan terang benderang. Anugerah terindah itu pasti akan datang.

Sesungguhnya tiada sesuatu yang lebih indah di dunia ini selain
jalinan persaudaraan. Aku ingin jalinan persaudaraan di antara kita dan
keluarga yang sudah terbangun selama ini tetap ada, terlepas status
dari hubungan kita sekarang. Forget it!

Aku masih tetap mencintaimu. Tapi cinta sesama saudara seiman. Hanya
sebatas itu.
Kau tidak usah bersikap antipati terhadapku. Kau tidak
usah khawatir. Aku hanya ingin komunikasi di antara kita dan keluarga
tetap baik. Aku tetap menjalin komunikasi denganmu bukan berarti aku
ingin kondisi hubungan kita seperti dulu lagi. Mohon hal ini untuk
dipahami. Wallahu a’lam kalau ternyata Allah mentakdirkanmu sebagai jodohku kelak.

Di tulisan ini, aku menggantikan panggilan “Aa” dengan kata ganti
“Aku” dan tidak memanggilmu dengan sebutan “Neng” lagi. Semata untuk
menjaga hatiku dan hati laki-laki yang kau cintai kini.

Once again, aku menginginkan hubungan baik kita terjalin lagi, sama
seperti hubungan baikku dengan beberapa teman semasa dulu yang masih tetap terjalin indah.

Teman-teman yang pernah aku kenal dan semua orang yang pernah menyakiti dan membenciku. Aku hanya ingin tetap menjalin silaturahim.

Bukankah menjaga silaturahim itu salah satu
tiket masuk surga?

Mohon maaf atas segala salah dan khilaf. Semoga Allah masih terus
berkenan memberikan hidayah dan rahmat-Nya. Dan ampunan-Nya kepada kita
semua. Amin.

Wassalaamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakaatuh!